Tipografi dan Huruf
Dalam
desain komunikasi visual, tipografi dikatakan sebagai ‘visual language’,
yang berarti bahasa yang dapat dilihat. Tipografi adalah salah satu sarana
untuk menterjemahkan kata-kata yang terucap ke halaman yang dapat dibaca. Peran
dari pada tipografi adalah untuk mengkomunikasikan ide atau informasi dari
halaman tersebut ke pengamat. Secara tidak sadar manusia selalu berhubungan
dengan tipografi setiap hari, setiap saat. Pada merek dagang komputer yang kita
gunakan, koran atau majalah yang kita baca, label pakaian yang kita kenakan,
dan masih banyak lagi. Hampir semua hal yang berhubungan dengan desain
komunikasi visual mempunyai unsur tipografi di dalamnya. Kurangnya perhatian
pada tipografi dapat mempengaruhi desain yang indah menjadi kurang atau tidak
komunikatif. Untuk membuat desain yang indah dan berkomunikasi, tipografi tidak
dapat dipisahkan dari elemen desain. Dalam membuat perencanaan suatu karya
desain, keberadaan elemen tipografi sudah harus selalu diperhitungkan karena
dapat mempengaruhi susunan hirarki dan keseimbangan karya desain tersebut. Pengertian tipografi yang sebenarnya
adalah ilmu yang mempelajari bentuk huruf; dimana huruf, angka, tanda baca, dan
sebagainya tidak hanya dilihat sebagai simbol dari suara tetapi terutama
dilihat sebagai suatu bentuk desain. Huruf ‘O’, contohnya, tidak saja terbaca sebagai
huruf ‘O’, tetapi juga terbaca sebagai bentuk lingkaran yang mempengaruhi
bidang suatu karya desain. Dimana dan bagaimana seorang desainer meletakan
huruf ‘O’ tersebut dapat mempengaruhi legibilitas dan keseimbangan karya desain
tersebut. Sebagai seorang visual komunikator, desainer komunikasi visual harus
dapat membaca dan mengartikan bentuk atau gambaran. Dalam perannya sebagai
tipografer, seorang desainer harus dapat mengetahui bentuk type yang bagaimana
yang dapat menunjang arah desain dan meramalkan reaksi daripada pengamatnya.
Bentuk huruf italic dengan warna emas, misalnya, sangat baik untuk
digunakan pada sampul buku roman, dan sebaliknya bentuk huruf roman, san serif,
bold, sangat cocok untuk poster-poster politik.
SEJARAH TIPOGRAFI
Tipografi,
sebagai salah satu metode yang menterjemahkan kata-kata menjadi bentuk atau
gambaran sudah digunakan sejak jaman dahulu. Dimulai sejak awal jaman lukisan
di gua (early cave drawing age), dimana nenek moyang kita menggambarkan
pengalaman mereka di dinding gua.
Pada
awalnya, yang digunakan adalah pictogram, yaitu gambar yang mewakili
bentuk benda yang dimaksud. Secara perlahan, berdasarkan asosiasi, beberapa
pictogram berubah menjadi ideogram, yaitu simbol yang bentuknya tidak persis
mewakili bentuk yang dimaksud sehingga dapat digunakan untuk berbagai arti. Ideoram
berkembang sehingga mempunyai gaya penulisan yang tertentu dan mulai
mewakili bunyi suara. Karena berkembangnya peradaban manusia, maka berkembang
pula kosakata dan kepentingan untuk menyimpan data. Seiring dengan perkembangan
tersebut, kecepatan dalam menulis juga berkembang sehingga bentuk individual
simbol juga semakin sederhana dan abstrak.
Pada
awal tahun 2800 sebelum Masehi, bangsa Sumaria telah mempunyai sistem menulis
dengan formal, abstrak simbol, yang disebut cuneiform, yang kemudian
menjadi basis daripada modern alphabet yang kita gunakan. Demikianlah
simbol-simbol tersebut terus berkembang dan bertambah sesuai dengan bunyi
suara, dan semakin abstrak bentuknya.
Melalui gerakan penyebaran kekuasaaan dan
agama, bangsa Romawi juga menyebarkan sistem penulisan terutama untuk menyimpan
peristiwa dan ceritera, dimana calligrafi menjadi populer dan berkembang.
Kebutuhan membaca dan menulis juga semakin meningkat. Sejarah perkembangan lain
tipografi dimulai dari penggunaan pictograph. Bentuk bahasa ini antara lain dipergunakan
oleh bangsa Viking Norwegia dan Indian Sioux. Di Mesir berkembang jenis huruf
Hieratia, yang terkenal dengan nama Hieroglif pada sekitar abad 1300 SM. Bentuk
tipografi ini merupakan akar dari bentuk Demotia, yang mulai ditulis
dengan menggunakan pena khusus. Bentuk tipografi tersebut akhirnya berkembang
sampai di Kreta (Troy), lalu menjalar ke Yunani dan akhirnya , menyebar
keseluruh Eropa. Puncak perkembangan tipografi, terjadi kurang pada abad 8 SM
di Roma saat orang Romawi mulai membentuk kekuasaannya. Karena bangsa Romawi
tidak memiliki sistem tulisan sendiri, mereka mempelajari sistem tulisan
Etruska yang merupakan penduduk asli Italia serta menyempurnakannya sehingga
terbentuk huruf-huruf Romawi.
Klasifikasi Huruf
Secara
garis besar huruf-huruf digolongkan menjadi:
Roman, dengan
ciri memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip pada ujungnya. Kesan yang
ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin. Termasuk
didalamnya times new roman.
Egyptian, dengan
ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan
yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan adalah kokoh, kuat, kekar
dan stabil.
Serif , Jenis
huruf ini memiliki garis-garis kecil yang disebut counterstrokepada ujung-ujung
badan huruf. Garis-garis tersebut berdiri horisontal terhadap badan huruf.
Huruf serif dikenal lebih mudah dibaca karena kaitnya tersebut menuntun
pandangan pembaca membaca baris teks yang sedang dibacanya. Contoh: Times New
Roman, Garamond, Book Antiqua, Bitstream Vera Serif, Palatino Linotype, Bookman
Old Style, Calisto MT, Dutch, Euro Roman, Georgia, Pan Roman, Romantic,
Souevenir, Super French dan lain-lain.
Sans
Serif , dengan ciri tanpa sirip/serif, dan memiliki
ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf
jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien. Jenis huruf ini tidak
memiliki garis-garis kecil yang disebut counterstroke. Huruf ini berkarakter
streamline, fungsional, modern dan kontemporer. Contoh: Arial, Futura, Avant
Garde, Bitstream Vera Sans, Century Gothic dan lain sebagainya.
Script,
merupakan goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam
dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifast pribadi
dan akrab.
Miscellaneous,
merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan
ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan
ornamental. Biasa disebut decoratif font. Ada banyak sekali jenis huruf yang
bisa kita amati. Mungkin di komputer Anda sendiri ada terinstal ratusan hingga
ribuan file font. Sebagian font bentuknya unik dan aneh sehingga mudah kita
kenali, sementara yang lain tampak sekilas mirip-mirip semua. Setiap saat pun
diciptakan font-font baru. Produser film-film Hollywood misalnya, sering
mengeluarkan dana untuk mendesain font baru yang unik untuk filmnya.
Berdasarkan bentuknya, para pakar tipografi umumnya membagi jenis huruf ke
dalam dua kelompok besar: serif dan sans serif. Lalu ada kelompok ketiga dan
keempat yang disebut script dan dekoratif. Jenis serif dan sans serif pun
berbeda-beda, tapi mari sebelumnya mengetahui perbedaan serif dan sans serif.
SERIF & SANS SERIF Serif adalah kelompok jenis huruf yang memiliki
“tangkai” (stem). Lihatlah font Times New Roman, Bodoni, Garamond, atau
Egyptian misalnya. Persis mendekati ujung kaki-kaki hurufnya, baik di bagian
atas maupun bawah, terdapat pelebaran yang menyerupai penopang atau tangkai.
Menurut sejarah, asal-usul bentuk huruf ini adalah mengikuti bentuk pilar-pilar
bangunan di Yunani Kuno. Seperti kita ketahui, bagian atas dan bawah tiang
pilar memang lebih besar agar bisa membuat pilar lebih kokoh. Sementara sans
serif (atau “tanpa” serif) adalah jenis huruf yang sebaliknya: tidak memiliki
tangkai. Ujung-ujung kakinya polos begitu saja. Contohnya Arial atau Helvetica
(Catatan: meski amat mirip dan sering saling mensubstitusi satu sama lain,
kedua font ini tidaklah mirip persis. Cobalah sekali-kali Anda cetak contoh
huruf dalam ukuran besar dan amati perbedaan-perbedaan tipis kedua font ini.)
Contoh lain jenis huruf sans adalah ITC Officina Sans, yaitu font yang
digunakan di mwmag yang sedang Anda baca ini.
Kegunaan
tangkai serif
Pada
ukuran teks kecil, seperti seukuran tulisan teks di surat kabar atau buku,
umumnya tangkai pada kaki-kaki font serif membantu agar tulisan mudah dibaca.
Mengapa? Karena tangkai font serif membantu membentuk garis tak tampak yang
memandu kita mengikuti sebuah baris teks. Karena itulah kita banyak menjumpai
buku-buku dilayout dengan serif. Menurut penelitian, seseorang yang membaca
font serif bisa lebih tahan membaca karena tidak mudah lelah—akibat adanya
bantuan dari tangkai serif tadi.
Tapi pada
kondisi-kondisi berikut ini:
a) huruf
amat kecil (seperti tulisan bahan-bahan di label makanan); b) huruf amat besar
(seperti di plang-plang merek) yang harus dilihat dari jauh; c) di layar
monitor; huruf sans serif kadang lebih mudah dibaca. Mengapa? Karena justru
kaki-kaki font serif memperumit bentuk huruf sehingga sedikit lebih lama
dibaca. Jika huruf kecil sekali atau pada resolusi rendah seperti di layar
monitor, kaki serif bisa tampak bertindihan dan menghalangi pandangan.
Karenanya kita banyak melihat plang rambu lalu lintas menggunakan huruf yang
sesederhana mungkin agar bisa cepat dibaca, dan di halaman web banyak dipakai
font serif karena lebih mudah dibaca pada ukuran kecil/layar kasar.
Jenis-jenis
serif
Serif tiap
jenis huruf pun dapat berbeda-beda. Huruf-huruf masa lama (Old Style) seperti
Garamond dan huruf-huruf masa transisi (Transitional) seperti Times New Roman
misalnya, memiliki tangkai yang sudutnya lengkung. Sementara pada huruf-huruf
masa modern seperti Bodoni, tangkainya bersudut siku. Ada lagi yang bersudut
siku pula, tapi relatif tebal/tinggi. Contohnya Egyptian. Tipe serif seperti
Egyptian kadang disebut slab serif. Beberapa huruf unik tertentu memiliki
tangkai serif negatif, yaitu tangkai yang masuk ke sisi dalam kaki sehingga
ujung kaki nampak lebih kecil dari batang kakinya
SKRIP
& DEKORATIF Selain serif dan sans serif, ada pula jenis huruf “sambung” dan
huruf “gaya bebas.” Huruf sambung atau script bisa juga Anda sebut “huruf tulis
tangan” (handwriting) karena menyerupai tulisan tangan orang. Atau bisa juga
disebut “huruf undangan” karena hampir selalu hadir di kartu-kartu undangan
karena dipandang indah dan anggun. Ada berbagai macam huruf script dan
handwriting, mulai dari yang kuno hingga modern, dari yang agak lurus hingga miring
dan amat “melingkar-lingkar”. Sementara huruf “gaya bebas” mencakup segala
macam jenis huruf “aneh” lain yang sulit dikategorikan dalam ketiga kategori
lainnya. Kadang huruf ini bisa diinspirasi dari bentuk geometris tertentu,
memadukan gambar atau pola tertentu, dan sebagainya. Di komputer juga dikenal
font-font “wingdings-like” yang sebenarnya adalah clipart. Tiap hurufnya murni
berupa ikon atau gambar, bukan huruf. Umumnya jenis-jenis huruf skrip dan
dekoratif digunakan untuk hiasan atau dekorasi, bukan untuk teks maupun
headline teks. Karena derajat kompleksitasnya lebih tinggi, maka tidak cocok
untuk teks karena akan menyulitkan pembacaan.
Format Tata Letak
Tata Letak Berbagai Unsur Grafis
Memadukan unsur-unsur grafis merupakan sebuah seni tersendiri
dalam menghasilkan media komunikasi visual yang komunikatif. Untuk menghasilkan
media komunikasi visual yang komunikatif diperlukan sebuah pengorganisasian dan
penataan yang tepat. Pengorganisasian dan penataan unsur grafis ini dilakukan
berdasarkan kriteria tertentu yang disesuaikan dengan tujuan dari pesan yang
akan disampaikan. Dalam dunia grafis terutama di bidang periklanan dikenal
istilah layout. Layout adalah sebuah sket rancangan awal untuk menggambarkan
organisasi unsur-unsur komunikasi grafis yang akan disertakan. Usaha menyusun,
menata dan memadukan unsur-unsur komunikasi grafis (teks, gambar, warna dan
lain-lain) menjadi media komunikasi visual yang komunikatif, estetik,
persuasif, menarik, dan mendukung pencapaian tujuan secara cepat dan tepat
dikenal dengan istilah tata letak.
Mendapatlan
komposisi yang proporsional terkait juga dengan kegiatan tata letak, kemudian
ditangkap dan dibaca maksud ataupun pesan yang terkandung di dalamnya, termasuk
kemampuan membangun kesan, persuasif dan bahkan sugestif, baik gambar maupun
teksnya. Desainer lebih baik membuat berbagai alternatif layout sebanyak
mungkin sampai menemukan sebuah layout ideal semaksimal mungkin untuk
menhindari hambatan pada proses selanjutnya. Bob Cotton dalam buku The Guide to
Graphic Design (1990:52) menyebutkan bahwa dalam proses desain, setelah
didapatkan gagasan kemudian dilanjutkan dengan pembuatan bentuk sketsa awal
(thumbnail design) yang kemudian dikembangkan lagi ke dalam serangkaian gambar
alternatif (visual rough) yang masih akan diperbaiki. Langkah ini disebut
dengan tahap awal pembuatan visualisasi yang difinalisasi. Fungsi tata letak
menurut Freddy Adiono Basuki (2000) adalah untuk mencapai keharmonisan, nilai estetis,
ekonomis, dan komunikatif. Freddy Adiono Basukijuga membagi tahapan tata letak
menjadi tiga, yaitu :
1. Membuat tata letak miniature atau sketsa kecil
(thumbnail), merupakan tahap perancangan dalam menentukan komposisi unsur-unsur
yang akan ditempatkan. Visualisasinya masih berupa sket kolom teks dan kolom
gambar.
2. Membuat tata letak kasar (abrupt lay out), merupakan tahapan
rancangan yang sudah berwujud gambar dan teks.
3. Membuat tata letak komprehensif, merupakan tahapan rancangan
dimana keseluruhan unsur sudah disusun dengan baik dan benar yang sudah siap
cetak.
Dari contoh di atas terlihat bahwa unsur-unsur komunikasi grafis
disusun dalam format tertentu. Peletakan setiap unsur memprioritaskan bagaimana
format tata letak mampu mengorganisasikan unsur-unsur dengan baik, benar, dan
komunikatif. Jenis tata letak yang umum digunakan adalah vertikal, horizontal,
dan diagonal.
Komposisi Tata Letak
Komposisi
adalah usaha untuk mendapatkan keseimbangan bentuk dalam mengorganisasikan unsur-unsur
terpenting dalam penciptaan karya seni dan atau komunikasi grafis yang
harmonis, komunikatif, dan persuasif. Kaidah-kaidah komposisi yang harus
diketahui :
1.
Proposisi (propotion), perbandingan ukuran yang digunakan
untuk menentukan perbandingan yang tepat antara panjang dengan lebar antara
gambar dengan bidang gambar.
2.
Keseimbangan (balance), kesamaan dari unsur-unsur tertentu
yang berlawanan atau bertentangan.
3.
Irama atau ritme, adanya pengulangan dan gerakan yang bisa
divisualisasikan dengan garis, tekstur, bidang, bentuk, maupun warna.
4.
Kesatuan (unity), seluruh unsur yang dipergunakan harus
saling berhubungan dengan baik, mengandung makna dan menarik.
5.
Pusat perhatian (focus of interest), peletakan unsur yang
menjadi perhatian utama atau paling dominan untuk disampaikan.
6.
Kontras (contras), perbedaan keadaan unsur-unsur atau
antara organisasi unsur yang dapat dicapai dengan perbedaan tinggi-rendah,
panas-dingn warna, termasuk cerah dan suramnya.
Selain
kaidah-kaidah diatas, desainer perlu mempertimbangkan berat dan ringannya
bidang. Keseimbangan bahkan dapat dicapai dengan bidang yang tidak selalu sama
besarnya. Pembagian dapat saja berbeda tetapi keseimbangan masih mungkin
didapatkan dari unsur lain, misalnya warna ataupun bentuk. Pembagian bidang
yang sama terkadang bersifat kaku, statis, diam, tanpa irama, dengan nilai
estetis yang rendah.
Referensi
Anonim. 2012. Lay-Out. Diunduh dari http://nheya-nia.blogspot.co.id/2012/03/lay-out.html,
pada 29 Oktober 2015.
Rahman, Inawzah. 2015. Huruf dan Tipografi.
Diunduh dari http://www.academia.edu/6414334/HURUF_and_TIPOGRAFI, pada 29 Oktober
2015.
Harwati, Tati. 2015. Tata Letak Berbagai
Unsur Grafis pada Tipografi. Diunduh dari http://kumpulantugasekol.blogspot.co.id/2015/04/tata-letak-berbagai-unsur-grafis-pada.html,
pada 29 Oktober 2015.